7 Fakta Unik Gunung Pegat Klaten: Luweng Rahasia dan Saluran Air Bawah Tanah Peninggalan Belanda
BSD City, Arteesid.com. Terletak di perbatasan Desa Jotangan dan Krakitan, Kecamatan Bayat, Klaten, Gunung Pegat menyimpan jejak sejarah dan teknologi masa kolonial yang mengagumkan. Di balik rimbunnya hutan jati dan mahoni, terdapat sistem saluran air bawah tanah peninggalan Belanda yang luar biasa, lengkap dengan lima luweng atau sumur vertikal raksasa yang tersembunyi.
Berikut ini tujuh fakta menakjubkan tentang situs yang masih jarang diketahui masyarakat luas ini:
1. Disebut Gunung, Tapi Hanya Setinggi Bukit
Meski namanya Gunung Pegat, ketinggiannya hanya sekitar 200 meter di atas permukaan laut, sehingga lebih tepat disebut bukit. Lokasinya berada di gugusan Pegunungan Jabalakat, tepat di sisi selatan kawasan wisata Rawa Jombor yang populer di Klaten.
2. Tersembunyi di Tengah Hutan Jati dan Mahoni
Gunung Pegat dikelilingi oleh pohon jati dan mahoni yang tumbuh lebat sepanjang tahun. Nuansa yang sejuk dan teduh membuat kawasan ini terkesan misterius, seolah menyimpan cerita besar yang belum terungkap sepenuhnya.
3. Lima Luweng Besar Sebagai Jalur Air Kolonial
Terdapat lima luweng atau sumur vertikal besar yang tersebar di bawah Gunung Pegat. Tiga berbentuk lingkaran dengan dinding batu susun, dua lainnya berbentuk persegi dengan saluran irigasi di dasar. Salah satu yang paling mencolok berada di hutan jati Jotangan, berdiameter 15 meter dan kedalaman sekitar 50 meter.
4. Dibangun Belanda Sekitar Tahun 1911–1924
Menurut data Dinas Kebudayaan Klaten, saluran air bawah tanah ini dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda sejak 1911 dan selesai sekitar tahun 1924. Tujuannya adalah menyalurkan air dari Rawa Jombor menuju daerah Cawas hingga Pedan untuk kebutuhan pertanian dan industri gula.
5. Teknologi Irigasi Canggih di Masanya
Saluran ini bukan sembarang terowongan. Jalurnya membentang sekitar 1,5 kilometer di bawah tanah, dengan 500 meter pertama dilapisi tembok dan sisanya memanfaatkan batuan kapur alami. Beberapa sumber menyebutkan pembuatannya melibatkan bor dan bahan peledak bukti canggihnya teknik Belanda pada masa itu.
6. Luweng Berfungsi sebagai Kontrol dan Ventilasi
Lima luweng tersebut tidak hanya berfungsi sebagai akses vertikal, tetapi juga sebagai bak kontrol dan ventilasi udara dari saluran bawah tanah. Desain ini membantu menjaga stabilitas aliran air dan memudahkan pemantauan, meski seluruh sistem tersembunyi di dalam bukit.
7. Cerita Warga dan Aura Mistis yang Membekas
Warga seperti Hariyanto dan Surip mengaku telah mengenal luweng sejak kecil, sebagai bagian dari sejarah desa. Namun karena kedalamannya yang ekstrem, tak banyak yang berani masuk. Dulu ada tangga ke sumur besar, namun kini telah rusak. Kasiman, warga senior, menyebut air dari Rawa Jombor dulu dialirkan ke sawah dan pabrik melalui jaringan ini. Luweng dipercaya sebagai titik kontrol utama dari sistem irigasi bawah tanah yang masih menyimpan misteri.
Kesimpulan
Gunung Pegat bukan hanya lanskap alami, tapi juga situs bersejarah yang luar biasa. Dengan luweng besar dan saluran air kolonial di bawah tanah, tempat ini layak dijelajahi oleh pecinta sejarah, geologi, dan budaya. Meskipun tak banyak dikenal, warisan teknologi di balik bukit ini menunjukkan betapa canggih dan terorganisirnya sistem irigasi masa lalu. Kini saatnya Gunung Pegat mendapat perhatian lebih sebagai destinasi wisata edukatif di Klaten.