Pendidikan Kontemporer Al-Zaytun Jadi Role Model Ketahanan Pangan Nasional

Pandangan ini disampaikan oleh Widi, seorang akademisi sekaligus ahli gizi dan teknologi pangan, dalam wawancara bersama kanal Lognews TV. Ia menilai bahwa sistem dan program yang diterapkan di Al-Zaytun bukan hanya inovatif, tetapi juga sejalan dengan konsep food estate yang kini digaungkan pemerintah.
Pendidikan Mandiri dan Berkelanjutan
Menurut Widi, salah satu kekuatan utama Al-Zaytun adalah kemampuannya mengelola kebutuhan pangan secara mandiri. Mulai dari menanam padi, mengembangkan sayuran organik, hingga memelihara ternak semua dilakukan oleh para santri dengan pendampingan tenaga ahli.
“Program seperti ini seharusnya menjadi contoh bagi daerah lain. Pemerintah bisa menjadikan Al-Zaytun sebagai pilot project food estate berbasis pesantren,” ungkap Widi.
Ia menambahkan bahwa kunci sukses ketahanan pangan adalah penyesuaian dengan kearifan lokal. “Setiap daerah memiliki potensi unik. Subang misalnya dengan padi, sementara Papua dengan umbi-umbian. Namun metode dan teknologinya bisa diadaptasi,” jelasnya.
Teknologi Sebagai Tulang Punggung Pangan
Widi menekankan bahwa masa depan pangan Indonesia tidak bisa lagi mengandalkan cara-cara tradisional. Penggunaan teknologi dan sistem digital mutlak diperlukan agar distribusi lebih efisien dan petani tidak lagi tergantung pada tengkulak.
“Dengan digitalisasi, produk pangan bisa langsung sampai ke konsumen. Ini juga membantu menekan angka kekurangan gizi, terutama pada remaja,” katanya.
Integrasi Ilmu, Iman, dan Inovasi
Salah satu hal yang membuat Al-Zaytun unik adalah kemampuannya mengintegrasikan pendidikan agama dengan ilmu pengetahuan modern. Para santri tidak hanya belajar tafsir dan fikih, tetapi juga bioteknologi, pertanian, hingga sistem pangan berkelanjutan.
Widi mencontohkan, santri setingkat SMA di Al-Zaytun sudah mampu membudidayakan padi jenis Hikari asal Jepang, yang dikenal memiliki hasil tinggi dan tahan cuaca ekstrem. “Saya melihat langsung bagaimana mereka bekerja dengan disiplin dan rasa ingin tahu yang tinggi. Inilah cerminan pesan Syaykh Panji Gumilang bahwa bangsa ini harus maju lewat ilmu dan teknologi,” ujarnya.
Makanan Baik untuk Bangsa yang Sehat
Sebagai pakar gizi, Widi menegaskan bahwa makanan bukan sekadar soal rasa. Pangan yang baik harus tayyib artinya sehat dan bermanfaat bagi tubuh. “Bahan tambahan yang bisa merugikan kesehatan, meskipun sedikit, sebaiknya dihindari. Anak muda sekarang harus paham bahwa makanan adalah investasi masa depan bangsa,” tegasnya.
Dari Pesantren untuk Dunia
Di akhir wawancara, Widi berharap agar Al-Zaytun dapat menjadi teladan bagi pesantren lain di Indonesia. Menurutnya, integrasi pendidikan agama dengan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah jalan terbaik menuju bangsa mandiri dan berdaulat pangan.
“Ketahanan pangan adalah kunci untuk menghapus kelaparan dan mencapai tujuan SDGs dunia. Indonesia sebagai negara agraris punya peluang besar, dan Al-Zaytun telah menunjukkan jalannya,” pungkasnya.
Syaykh Panji Gumilang sendiri pernah menegaskan bahwa pesantren harus menjadi pusat lahirnya generasi ulama yang juga menguasai teknologi, pangan, dan inovasi bukan hanya untuk kemandirian umat, tetapi juga kemajuan bangsa.