Penelitian: AI Picu Serangan Siber di Asia, Indonesia Harus Siaga

Tantangan Baru dalam Kejahatan Siber di Asia Pasifik
Arteesid.com - Kejahatan siber di kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia, kini menghadapi tantangan baru yang lebih berbahaya. Teknologi kecerdasan buatan (AI) tidak hanya membantu manusia bekerja lebih efisien, tetapi juga digunakan oleh pelaku kejahatan digital untuk menyerang dengan skala dan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Laporan APJ eCrime Landscape Report 2025 dari perusahaan keamanan siber global CrowdStrike menunjukkan bahwa ekosistem kejahatan siber bawah tanah berbahasa Mandarin terus berkembang pesat. Meskipun pemerintah Tiongkok telah memberlakukan pembatasan ketat di internet, pasar anonim di dunia maya tetap menjadi tempat transaksi miliaran dolar AS untuk menjual data curian, malware, dan layanan pencucian uang.
Yang paling mengkhawatirkan adalah adanya lonjakan serangan ransomware berbasis AI yang menargetkan organisasi bernilai tinggi di Asia, termasuk di India, Australia, dan Jepang. Ransomware ini dirancang untuk menyerang perusahaan besar, mulai dari sektor manufaktur, teknologi hingga keuangan, dengan tujuan memeras tebusan besar atau mencuri data sensitif.
Adam Meyers, Head of Counter Adversary Operations CrowdStrike, menyatakan bahwa pelaku kejahatan siber kini mengkomersialisasi kejahatan digital dengan cara yang semakin terorganisasi. Mereka memanfaatkan pasar bawah tanah dan teknologi AI untuk menyerang dengan kecepatan luar biasa.
Selain ransomware, modus baru juga muncul. Pelaku berbahasa Mandarin dilaporkan menargetkan akun perdagangan di Jepang untuk memanipulasi harga saham Tiongkok melalui skema pump-and-dump. Mereka mencuri akun pengguna lewat kampanye phishing lalu menjual data curian itu di forum bawah tanah.
CrowdStrike mencatat setidaknya 763 korban serangan di kawasan Asia Pasifik sepanjang tahun ini, dengan lebih dari 120 insiden besar melibatkan kelompok ransomware baru seperti KillSec dan Funklocker yang sudah memanfaatkan malware buatan AI.
Bagi masyarakat umum, ancaman ini menunjukkan bahwa kejahatan siber kini bukan hanya urusan perusahaan besar. AI membuat kemampuan para pelaku meningkat pesat, dari membuat email phishing yang nyaris sempurna, hingga menyebarkan malware yang sulit dideteksi.
Pakar keamanan mengingatkan, pengguna internet di Asia, termasuk Indonesia, harus lebih waspada terhadap taktik rekayasa sosial, iklan palsu, dan situs web tiruan yang kini jauh lebih meyakinkan berkat AI.
Beberapa langkah dasar yang masih efektif untuk melindungi diri antara lain:
- Menggunakan autentikasi dua langkah
- Memperbarui sistem keamanan perangkat
- Berhati-hati saat mengklik tautan atau mengunduh file
Dengan perkembangan teknologi yang cepat, penting bagi semua pengguna internet untuk selalu waspada dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat. Keamanan siber kini menjadi tanggung jawab bersama, baik individu maupun institusi.



.jpg
)

.jpg
)
.jpg)
.jpg)
.jpg)


.jpg)

.jpg)





.jpg)

































