Novum Gradum Pendidikan Abad XXI: Membangun Ekosistem Pendidikan yang Tidak Terputus Melalui LSTEAMS di Al-Zaytun
Arteesid.com - di Ma’had Al-Zaytun menjadi momen reflektif bagi umat untuk meneguhkan kembali semangat hijrah dan kebangkitan. Dalam perayaan yang diunggah melalui kanal YouTube LognewsTV, suasana peringatan berlangsung penuh makna dengan hadirnya berbagai tokoh lintas agama, yang menunjukkan nilai kebersamaan dan toleransi sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad SAW saat hijrah ke Madinah.
Makna 1 Suro dan Semangat Hijrah
Bang Udin, dalam program Celoteh Bung Udin di segmen Al-Zaytun Files, menegaskan bahwa 1 Suro bukanlah tahun baru Islam, melainkan tahun baru Hijriah. Ia menjelaskan, penetapan kalender Hijriah berawal dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah, sehingga penyebutannya sebagai “tahun baru Islam” dianggap keliru.
Menurutnya, Al-Zaytun berhasil menghadirkan makna hijrah yang sejati melalui perayaan lintas agama yang damai dan terbuka. “Ketika Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, yang menyambut bukan hanya umat Islam, tapi seluruh pemeluk agama. Itulah semangat hijrah yang sebenarnya, membangun persatuan untuk sebuah bangsa,” ujarnya.
Kritik terhadap Peran Pemuka Agama
Dalam kesempatan itu, Bang Udin juga menyoroti kondisi bangsa saat ini yang dinilai belum sepenuhnya merdeka secara pemikiran dan spiritual. Ia menyebut, masih ada dominasi kelompok keagamaan tertentu yang membatasi kebebasan berpikir dan berinovasi.
“Kita mengaku merdeka, tapi masih takut pada satu lembaga keagamaan. Kalau pemuka agama masih merangkeng negara dan menghalangi inovasi, bagaimana generasi muda bisa bangkit?” ungkapnya.
Ia menilai bahwa semangat hijrah seharusnya menjadi momentum pembebasan dari belenggu dogma sempit dan membuka ruang bagi generasi muda untuk berpikir kritis serta berkreasi sesuai nurani dan akal sehat.
Suara Generasi Z untuk Kebebasan Berpikir
Bang Udin juga menyinggung keresahan generasi muda terhadap sikap sebagian pemuka agama yang dianggap lebih menuntut daripada menuntun. “Fungsi pemuka agama seharusnya menuntun, bukan menuntut. Sekarang banyak yang memaksa generasi muda untuk tunduk pada tafsir mereka, padahal hati nurani kami berbeda,” katanya.
Ia mencontohkan fenomena beberapa tokoh muda yang berani menyuarakan pandangan sekuler dan kebebasan berpikir sebagai bentuk kekecewaan terhadap sikap otoriter sebagian tokoh agama. “Kalau mau Gen Z bisa berinovasi, maka harus merdeka-merdeka ruh, ilmu, dan pikir,” tegasnya.
Pesan untuk Santri dan Pelajar Menutup perbincangan
Bang Udin menyampaikan pesan kepada seluruh santri, pelajar, dan simpatisan Al-Zaytun untuk terus berdoa dan mendukung perjuangan Syaykh Panji Gumilang. Menurutnya, gagasan yang dibawa Syaykh merupakan ide besar untuk kemajuan bangsa melalui pendidikan dan ekonomi.
“Saya membela Syaykh Panji Gumilang karena gagasannya yang luar biasa bagi bangsa. Jahat dan bodoh bila seseorang dipenjara karena gagasan. Syaykh ingin membangun Indonesia melalui pendidikan dan ekonomi, dan itu harus kita teruskan,” ujarnya.
Ia juga menegaskan bahwa visi besar Syaykh Panji Gumilang menjadikan Al-Zaytun sebagai pusat pendidikan umat Islam, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia, merupakan cita-cita yang layak diperjuangkan.
“Pendidikan dan ekonomi harus berjalan beriringan. Jika pendidikan lemah, ekonomi juga rapuh. Maka, kita harus berdiri tegak bersama Syaykh Panji Gumilang untuk membangkitkan bangsa,” pungkasnya. (Sahil untuk Indonesia)
Sumber: Lognews


.jpg
)
.jpg
)
.jpg)
.jpg
)
.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)










