Al-Zaytun Membangun Ekosistem Belajar yang Tidak Terputus Bagi Generasi Pelanjut

 



Arteesid.com - Indramayu pagi itu terasa teduh. Di balik suasana damai dan tatanan yang rapi, Kampus Ma’had Al-Zaytun menyimpan kisah tentang generasi muda yang tumbuh dalam sistem pendidikan kontemporer yang unik dan terintegrasi. Mereka belajar, tumbuh, dan berproses dalam sebuah ekosistem pendidikan yang tidak terputus, sebuah Novum Gradum atau tahapan baru pendidikan Indonesia yang berorientasi pada masa depan.

Kampus Kontemporer dan Kemandirian

Pelajar Di hadapan kamera LognewsTV, para pelajar dengan luwes memperkenalkan diri. Ada Rizal, Nisa, Sinta, dan beberapa lainnya yang dengan nada riang menceritakan pengalaman mereka belajar di Al-Zaytun. “Saya merasa bahagia karena banyak teman dan kegiatan yang membuat tidak bosan,” ujar Rizal, pelajar kelas 8 yang antusias menceritakan kegiatan ekstrakurikulernya, mulai dari gamelan hingga sepak bola.

Kebahagiaan mereka bukan hanya karena fasilitas yang lengkap, tetapi juga karena nilai-nilai kemandirian yang tumbuh dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pelajar putri berkata, “Awalnya homesick, tapi setelah ikut kegiatan karate dan mulai aktif, sekarang sudah biasa dan mandiri.” Kemandirian bukan sekadar kemampuan bertahan hidup di asrama, melainkan bagian dari pembentukan karakter dalam sistem one pipe education system yang di Al-Zaytun dikenal dengan istilah ekosistem pendidikan yang tidak terputus.

LSTEAMS dan Pendidikan Abad XXI Sistem pendidikan di Al-Zaytun mengintegrasikan nilai agama, sains, teknologi, seni, dan moralitas dalam satu pendekatan yang disebut LSTEAMS (Life Skill, Science, Technology, Engineering, Arts, Mathematics, and Spirituality). Pendekatan ini membentuk keseimbangan antara intelektual dan spiritual, antara teori dan praktik.

Salah satu pelajar menjelaskan, “Kami dibimbing untuk jadi pemimpin yang berani dan berakhlak. Tidak hanya belajar di kelas, tapi juga memimpin kegiatan, berdiskusi, dan berorganisasi di MPK.” Kegiatan organisasi seperti Majelis Perwakilan Kelas (MPK) menjadi ruang pelatihan kepemimpinan dan komunikasi pelajar, dibimbing langsung oleh guru dan ustadz-ustadzah. Semuanya berjalan dengan disiplin dan terjadwal, mencerminkan nilai tanggung jawab yang menjadi inti pendidikan abad XXI versi Al-Zaytun.

Pendidikan yang Menyatu dengan Nilai Kebangsaan

Setiap pagi sebelum pelajaran dimulai, seluruh pelajar menyanyikan lagu Indonesia Raya tiga stanza ciptaan W.R. Supratman. Ini bukan sekadar rutinitas, tetapi penanaman nilai cinta tanah air. “Kalau di luar kadang pergaulannya sulit dikontrol, di sini semuanya teratur,” ungkap Sinta. “Kami diajarkan disiplin, menghormati orang tua, dan juga cinta Indonesia.”

Di Al-Zaytun, nilai nasionalisme dan spiritualitas berjalan beriringan. Pendidikan agama dan pendidikan umum tidak dipisahkan, melainkan dirangkai menjadi satu alur pembentukan manusia sehat, cerdas, dan manusiawi.

Syaykh Panji Gumilang dan Novum Gradum Pendidikan Di penghujung perbincangan

para pelajar hampir serempak menyebut nama yang menjadi inspirasi mereka: Syaykh Panji Gumilang. “Beliau sosok yang sangat cerdas dan mencintai perdamaian,” ujar salah satu pelajar. “Beliau mengajarkan kami untuk berpikir luas, untuk menjadi manusia yang membawa manfaat bagi sesama.”

Pemikiran Syaykh Panji Gumilang tentang pendidikan dikenal sebagai Novum Gradum, sebuah terobosan yang menempatkan kampus sebagai ma’had kontemporer, lembaga pendidikan yang tidak hanya memelihara tradisi, tetapi juga mempersiapkan generasi bangsa menghadapi tantangan global. Konsep ini menegaskan bahwa Al-Zaytun bukan sekadar tempat belajar agama, tetapi ruang inovasi pendidikan Indonesia modern, di mana pelajar tidak hanya diajarkan ilmu, tetapi juga dilatih untuk berpikir kritis, kreatif, dan berdaya.

Rumah Kedua yang Menumbuhkan “Bagi saya, Al-Zaytun adalah rumah kedua,” ujar Nisa menutup perbincangan dengan mata berkaca-kaca. Di sini, pelajar bukan hanya menemukan ilmu, tetapi juga menemukan arti kedewasaan, kemandirian, dan tanggung jawab sosial. Mereka tumbuh dalam ekosistem yang menyatukan pendidikan, spiritualitas, dan kehidupan sehari-hari, sebagaimana visi Al-Zaytun: Pusat pendidikan pengembangan budaya toleransi dan perdamaian menuju masyarakat sehat, cerdas, dan manusiawi.

Merdeka. Sehat. Cerdas. Manusiawi. (Sahil untuk Indonesia)

Sumber : lognews

Baca Juga
Posting Komentar